Jumat, 07 Juni 2013

Persebaran nenek noyang bangsa Indonesia pada masa Proto Melayu dan Deutro Melayu

Menurut von Hiene Geldern, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunnan di Cina Selatan, yaitu di antara sungai-sungai besar Yang-tse, Sungai Mekhong, dan Sungai Menam. Geldern berpendapat demikian karena ia menemukan benda-benda yang sama bentuknya di Yunnan dan di Indonesia, seperti kapak persegi dan kapak lonjong.

1. Bangsa Proto Melayu

Sekitar tahun 2.000 SM diduga bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) telah tiba di Kepulauan Nusantara. Bangsa yang pertama kali datang ke Indonesia menjadi pembawa kebudayaan neolithikum dalam dua cabang persebaran. Cabang pertama yaitu bangsa yang membawa kebudayaan kapak lonjong yang disebut sebagai ras Papua-Melanosoid. Arah persebarannya dari Yunnan lewat Filipina, kemudian ke Sulawesi Utara, Maluku, dan ada yang sampai ke Irian. Sedangkan cabang yang kedua adalah bangsa Proto Melayu yang disebut ras Austronesia. Arah gelombang cabang yang kedua ini dimulai dari Yunnan kemudian ke Malaya, Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Jenis kebudayaan yang mereka bawa berupa kapak persegi.

2. Bangsa Deutero Melayu

Sekitar tahun 500 SM bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) tiba di Kepulauan Nusantara. Mereka datang membawa kebudayaan logam yang berasal dari Dongson, di Vietnam Utara. Benda-benda logam yang mereka bawa di antaranya berupa nekara, candrasa, bejana perunggu, manik-manik, arca dan sebagainya. Rute persebaran nenek moyang dari kelompok Melayu Muda ini dimulai dari daratan Asia ke Thailand, Malaysia Barat, lalu menuju tempat-tempat di Kepulauan Nusantara. Bangsa yang tiba pada gelombang terakhir ini masih tergolong ras Austronesia. Nenek moyang kita dari ras Papua-Melanesoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanesoid lantas melahirkan bermacam-macam suku bangsa yang tersebar di seluruh pelosok wilayah Nusantara seperti sekarang ini.
Agar lebih jelas bagaimana persebaran nenek moyang bangsa Indonesia, perhatikan bagan berikut!


Perhatikan peta penyebaran nenek moyang bangsa Indonesia berikut ini!

Peta Penyebaran Nenek Moyang bangsa Indonesia (Sumber: Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia, 1)

Kasta

Kasta berasal dari bahasa Portugis yakni pembagian masyarakat .
Kasta yang sebenarnya merupakan perkumpulan tukang-tukang, atau orang-orang ahli dalam bidang tertentu. Pembagian manusia dalam masyarakat agama Hindu (Bangsa-bangsa Kerajaan Nusantara):
  1. Kasta Brahmana, orang yang mengabdikan dirinya dalam urusan bidang spiritual ; sulinggih, pandita dan rohaniawan. Disandang oleh para Pribumi.
  2. Kasta Ksatria, para kepala dan anggota lembaga pemerintahan. Seseorang yang menyandang gelar ini tidak memiliki harta pribadi semua harta milik negara.
  3. Kasta Waisya, orang yang telah memiliki pekerjaan dan harta benda sendiri petani, nelayan.
  4. Kasta Sudra, orang yang telah memiliki harta yang melimpah untuk dinikmati sendiri saudagar, tuan tanah, renternir.
Sedangkan di luar sistem Kasta tersebut, ada pula istilah :
  1. Kaum Paria, Golongan orang rendahan yang tugasnya melayani para Brahmana dan Ksatria.
  2. Kaum Candala, Golongan orang yang berasal dari Perkawinan Antar Warna, bangsa asing.
Sistem ini menjadi doktrin para Pribumi sehingga membuat bangsa-bangsa zaman kerajaan di Indonesia tidak mudah ditindas oleh bangsa asing karena bangsa-bangsa pribumi merasa "Kasta" mereka lebih tinggi dari bangsa asing di luar Nusantara, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk tunduk kepada bangsa asing (Kubilai Khan, Negeri Campa, dll).
Kasta di India mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
  1. Keanggotaan kasta diperoleh pewarisan atau kelahiran. Anak lahir memiliki kasta yang sama dengan orang tuanya.
  2. Keanggotaan yang diwariskan berlaku seumur hidup karena seseorang tidak mungkin mengubah kedudukannya, kecuali bila ia keluar dari kastanya.
  3. Perkawinan harus dipilih dari orang yang berkasta.
  4. Hubungan dengan kelopok sosial lainnya bersifat terbatas.
  5. Taat pada norma kasta.
  6. Kasta diikat oleh kedudukan yang sama secara tradisional telah ditetapkan.

Peradaban Bangsa China

Peradaban tertua bangsa China terletak di lembah Sungai Kuning ( Hwang-Ho ) . Berdasarkan penemuan bukti-bukti sejarahnya , China telah mengalami pergantian pemerintahan dari beberapa dinasti . Dinasti-dinasti yang pernah berkuasa di China , sebagai berikut :

Zaman San Huang Wu Di [三皇五帝]

Dinasti Xia [夏朝]  Sekitar 2100 ~ 1600 Sebelum Masehi

Dinasti Shang [商朝]  Sekitar 1700 ~ 1100 Sebelum Masehi

Dinasti Zhou [周朝] ekitar 1100 ~ 256 Sebelum Masehi

  1. Dinasti Zhou Barat [西周] 1100 ~ 770 Sebelum Masehi
  2. Dinasti Zhou Timur [东周] 770 ~ 256 Sebelum Masehi
  • Periode Musim Semi dan Gugur [春秋] tahun 770 ~ 476 Sebelum Masehi
  • Periode Negara berperang [戰國] tahun 476 ~ 221 Sebelum Masehi

Dinasti Qin [秦朝] Tahun 221 ~ 207 Sebelum Masehi

Dinasti Han [汉朝] Tahun 202 SM ~ tahun 220

  1. Dinasti Han Barat  [西汉] Tahun 202 SM ~ 9 SM
  2. Dinasti Shin [新朝] Tahun 9 SM ~ 23
  3. Dinasti Xuan Han [玄漢] Tahun 23 ~ 25
  4. Dinasti Han Timur [东汉] Tahun 25  ~ 220

Periode Tiga Kerajaan (San Guo) [三国] Tahun 220 ~ 280

  1. Kerajaan Chao Wei [曹魏] Tahun 220 ~ 266
  2. Kerajaan Shu Han [蜀汉] Tahun 221 ~ 263
  3. Kerajaan Tong Wu [東吳] Tahun 229 ~ 280

Dinasti Jin [晋朝] Tahun 266 ~ 420

  1. Dinasti Jin Barat [西晋] Tahun 266 ~ 316
  2. Dinasti Jin Timur [东晋] Tahun 317 ~ 420
  3. Periode 16 Kerajaan [十六国] Tahun 304 ~ 439

Dinasti Selatan Utara (Nan Bei) [南北朝] Tahun 420 ~ 589

  1. Kerajaan Song [宋] Tahun 420~ 479
  2. Kerajaan Wei Utara [北魏] Tahun 386 ~ 534
  3. Kerajaan Qi [齐} Tahun 479 ~ 502
  4. Kerajaan Liang [梁] Tahun 502 ~ 557
  5. Kerajaan Wei Barat [西魏] Tahun 535 ~ 557
  6. Kerajaan Wei Timur [东魏] Tahun 534 ~ 550
  7. Kerjaan Chen  [陈] Tahun 557 ~ 589
  8. Kerajaan Zhou Utara [北周]  Tahun 557 ~ 581
  9. Kerajaan Qi Utara [北齐] Tahun 550 ~ 577

Dinasti Shui [隋朝] Tahun 581 ~ 619

Dinasti Tang [唐朝] Tahun 618 ~ 907

  • Wu Zhou [武周]Tahun 690 ~ 705

Masa 5 Genarasi 10 Kerajaan (Wu Dai Shi Guo) [五代十国]

Dinasti Song [宋朝] Tahun 960 ~ 1279

  1. Dinasti Song Utara [北宋] Tahun 960 ~ 1127
  2. Dinasti Song Selatan [南宋] Tahun 1127 ~ 1279

Dinasti Yuan [元朝] Tahun 1271 ~ 1368

Dinasti Ming  [明朝] Tahun 1368 ~ 1644

Dinasti Qing [清朝] Tahun 1644 ~ 1912

Peradaban Awal Bangsa India

India memiliki 2 peradaban kuno yaitu peradaban lembah sungai Indus ( Shindu ) dan peradaban lembah sungai Gangga .

          - Peradaban Lembah Sungai Indus ( Shindu )
             Jazirah India terletak di Asia Selatan. India juga disebut Anak Benua Asia karena letaknya seolah-olah terpisah dari daratan Asia. Di utara India terdapat Pegunungan Himalaya yang menjulang tinggi. Pegunungan Himalaya menjadi pemisah antara India dan daerah lain di Asia. Di bagian Barat pegunungan Himalaya terdapat celah yang disebut Celah Khaibar. Di India terdapat berbagai bahasa, di antaranya yang terpenting yaitu sebagai berikut.
  1. bahasa Munda atau bahasa Kolari. Bahasa ini terdapat di Kashmir.
  2. Bahasa Dravida, mempunyai 14 macam, seperti Tamil, Telugu, Kinare, Malayam, Gondhi, dan Berahui.
  3. Bahasa Indo-Jerman, mempunyai bahasa daerah sembilan belas macam, salah satunya adalah bahasa Sanskerta dan Prakreta.
  4. Bahasa Hindustani. Bahasa ini muncul di Delhi dan merupakan percampuran antara bahasa Arab, Parsi, dan Sanskerta. Bahasa ini disebut pula bahasa Urdu.
Mempelajari bahasa Sanskerta merupakan salah satu upaya untuk mengetahui perjalanan sejarah bangsa Indonesia pada masa lalu. Hal ini juga ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha pada masyarakat Indonesia, di luar pengaruhnya pada politik, ekonomi, dan pemerintahan. William Jones berpendapat bahwa bahasa Sanskerta merupakan bahasa yang serumpun dengan bahasa Parsi, Germania, dan Kelt. Studi tertua tentang India, membawa kita ke India pada masa interglasial II, yaitu sekitar 400.000 SM hingga 200.000 SM. Hal ini berdasarkan hasil penelitian terhadap jenis bebatuan pada lapisan tanah di kawasan India. Dari penelitian ini, terungkaplah sebuah fakta mengenai sejarah manusia yang mendiami kawasan itu setelah melihat artefak-artefak peninggalan purba di Lembah Indus. Para ahli lalu menyimpulkan bahwa di kawasan ini pernah berlangsung sebuah peradaban Lembah Sungai Indus, yang terkenal dengan nama peradaban Mohenjodaro-Harappa, yang berkembang pada 2300 SM. Melalui Celah Khaibar, bangsa India berhubungan dengan daerah-daerah lain di sebelah utaranya. Daerah Lembah Sungai Indus terletak di
Barat Laut India. Sungai Indus berasal dari mata air di Tibet, mengalir melalui Pegunungan Himalaya. Setelah menyatu dengan beberapa aliran sungai yang lain, akhirnya bermuara ke Laut Arab. Panjang Sungai Indus kurang lebih 2900 kilometer. Apabila Anda memperhatikan Sungai Indus pada peta dewasa ini, maka sungai tersebut mengaliri tiga wilayah yaitu Kashmir, India, dan Pakistan. Sisa peradaban Lembah Sungai Indus ditemukan peninggalannya di dua kota, yaitu Mohenjodaro dan Harappa. Penghuninya dikenal dengan suku bangsa Dravida dengan ciri-ciri tubuh pendek, hidung pesek, rambut keriting hitam, dan kulit berwarna hitam.
Gambar 5.7 Peta India

Penemuan arkeologis di Mohenjodaro-Harappa mulai terjadi ketika para pekerja sedang memasang rel kereta api dari Karachi ke Punjab pada pertengahan abad ke-19. Pada waktu itu, ditemukan benda-benda kuno yang sangat menarik perhatianJenderal Cunningham, yang kemudian diangkat sebagai Direktur Jendral Arkeologi di India. Sejak saat itu, maka dimulailah penggalian-penggalian secara lebih intensif di daerah Mohenjodaro- Harappa.
Gambar 5.8 Situs tempat penemuan peradaban di HarappaGambar 5.8 Situs tempat penemuan peradaban di Harappa
1. Keadaan sosial budaya Lembah Sungai Indus
Penggalian-penggalian di situs Mohenjodaro-Harappa, mengungkapkan bahwa pendukung peradaban ini telah memiliki tingkat peradaban yang tinggi. Dari bukti-bukti peninggalan yang didapat, kita memperoleh gambaran bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa telah mengenal adat istiadat dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya. Misalnya, banyak ditemukan amulet-amulet atau benda-benda kecil sebagai azimat yang berlubang-lubang, diasumsikan digunakan sebagai kalung. Lalu, ditemukan juga materai yang terbuat dari tanah liat, yang kebanyakan memuat tulisan-tulisan pendek dalam huruf piktograf, yaitu tulisan yang bentuknya seperti gambar. Sayangnya, huruf-huruf ini sampai sekarang belum bisa dibaca, sehingga misteri yang ada di balik itu semua belum terungkap.
Benda-benda lain yang ditemukan di kawasan Mohenjodaro-Harappa adalah bermacam-macam periuk belanga yang sudah dibuat dengan teknik tuang yang tinggi. Selain itu ditemukan juga benda-benda yang terbuat dari porselin Tiongkok yang diduga digunakan sebagai gelang, patung-patung kecil, dan lain-lain. Dari hasil penggalian benda, dapat diasumsikan bahwa teknik menuang logam yang telah mereka lakukan sudah tinggi. Mereka dapat membuat piala-piala emas. Mereka dapat membuat piala-piala emas, perak, timah hitam, tembaga, maupun perunggu. Penduduk Mohenjodaro-Harappa sudah mampu membuat perkakas hidup berupa benda tajam yang dibuat dengan baik. Namun, senjata seperti tombak, ujung anak panah, ataupun pedang, sangat rendah mutu buatannya. Hal ini mengindikasikan bahwa penduduk Mohenjodaro-Harappa merupakan orang-orang yang cinta damai, atau dengan kata lain tidak suka berperang. Pada masa ini pula, diduga masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mengenal hiburan berupa tari-tarian yang diiringi genderang. Di tempat penggalian ini juga ditemukan alat-alat permainan berupa papan bertanda serta kepingan-kepingan lain. Masyarakat Mohenjodaro-Harappa telah mempunyai tata kota yang sangat baik. Masyarakat pendukung kebudayaan ini juga dikenal mempunyai sistem sanitasi yang amat baik. Mereka mempunyai tempat pemandian umum, yang dilengkapi dengan saluran air dan tangki air di atas perbentengan jalan-jalan utama.
2. Perkembangan kepercayaan Lembah Sungai Indus
Masyarakat Lembah Sungai Indus telah mengenal cara penguburan jenazah, tetapi, hal ini disesuaikan dengan tradisi suku bangsanya. Di Mohenjodaro contohnya, masyarakatnya melakukan pembakaran jenazah. Asumsi ini didapat karena pada letak penggalian Kota Mohenjodaro tidak terdapat kuburan. Jenazah yang sudah dibakar, lalu abu jenazahnya dimasukkan ke dalam tempayan khusus. Namun ada kalanya, tulang-tulang yang tidak dibakar, disimpan di tempayan pula.Objek yang paling umum dipuja pada masa ini adalah tokoh “Mother Goddess”, yaitu tokoh semacam Ibu Pertiwi yang banyak dipuja orang di daerah Asia Kecil. Mother Goddess digambarkan pada banyak lukisan kecil pada periuk belanga, materai, dan jimat-jimat. Dewi-dewi yang lain nampaknya juga digambarkan dengan tokoh bertanduk, yang terpadu dengan pohon suci pipala. Ada juga seorang dewa yang bermuka 3 dan bertanduk. Lukisannya terdapat pada salah satu materai batu dengan sikap duduk dikelilingi binatang. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya gambar lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa. Namun, kita juga tidak dapat memastikan, apakah wujud pada materai tersebut menjadi objek pemujaan atau tidak. Meskipun demikian, dengan adanya bentuk hewan lembu jantan tersebut, pada masa kemudian, bentuk hewan seperti ini dikenal sebagai Nandi, yaitu hewan tunggangan Dewa Siwa.
3. Politik dan pemerintahan Lembah Sungai Indus
Kondisi kehidupan perpolitikan pada masa transisi (pasca Harappa hingga masa Arya), tampaknya mulai terganggu dengan menyusutnya penduduk yang tinggal di kawasan Lembah Indus selama paruh kedua millenium II SM. Mungkin saja terjadi karena pendukung kebudayaan Indus itu musnah atau melarikan diri agar selamat ke tempat lain, sementara para penyerang tidak bermaksud untuk meneruskan tata pemerintahan yang lama. Hal ini bisa terjadi karena diasumsikan tingkat peradaban bangsa Arya yang masih dalam tahap mengembara, belum mampu melanjutkan kepemimpinan masyarakat Indus yang relatif lebih maju, dilihat dari dasar kualitas peninggalan kebudayaan yang mereka tinggalkan.
4. Faktor penyebab kemunduran Lembah Sungai Indus
Beberapa teori menyatakan bahwa jatuhnya peradaban Mohenjodaro- Harappa disebabkan karena adanya kekeringan yang diakibatkan oleh musim kering yang amat hebat serta lama. Atau mungkin juga disebabkan karena bencana alam berupa gempa bumi ataupun gunung meletus, mengingat letaknya yang berada di bawah kaki gunung. Wabah penyakit juga bisa dijadikan salah satu alasan punahnya peradaban Mohenjodaro-Harappa. Tetapi, satu hal yang amat memungkinkan menjadi penyebab runtuhnya peradaban Mohenjodaro-Harappa ialah adanya serangan dari luar. Diduga, serangan ini berasal dari bangsa Arya. Mereka menyerbu, lalu memusnahkan seluruhkebudayaan bangsa yang berbicara bahasa Dravida ini. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan pada kitab Weda. Di dalam kitab itu, disebutkan bahwa bangsa yang dikalahkan itu ialah Dasyu atau yang tidak berhidung. Dugaan tersebut didasarkan atas anggapan bahwa orang-orang yang mereka taklukkan adalah orang-orang yang tidak suka berperang. Hal ini bisa dilihat dari teknologi persenjataan yang kurang baik, misalnya dari kualitas ujung tombak maupun pedang mereka. Bukti-bukti yang lain adalah adanya kumpulan tulang belulang manusia yang terdiri atas anak-anak dan wanita yang berserakan di sebuah ruangan besar dan di tangga-tangga yang menuju tempat pemandian umum ataupun jalanan umum. Bentuk dan sikap fisik yang menggeliat, mengindikasikan adanya serangan, apalagi jika melihat adanya bagian tulang leher yang terbawa ke bagian kepala, ketika kepala itu terlepas dari tubuh. Sejak 1500 SM, peradaban Mohenjodaro-Harappa runtuh, tidak lama setelah bangsa Arya itu memasuki wilayah India lewat Iran. Sejak saat itu, dimulailah masa baru dalam perkembangan kebudayaan India di bagian utara.
5. Masa Arya
a. Perkembangan agama Hindu dan Kerajaan Gupta
Pada tahun 1500 SM, bangsa Arya yang berasal dari Asia Tengah masuk ke wilayah India melalui Celah Khaibar. Kedatangan mereka mendesak bangsa Dravida. Bangsa Arya yang merupakan bangsa penggembala berkulit putih dan badan tinggi besar berperang beberapa lamanya dengan bangsa Dravida. Peperangan tersebut mengakibatkan bangsa Dravida pindah ke selatan, namun ada juga yang tetap bertahan dan melakukan interaksi dengan bangsa pendatang tersebut. Interaksi yang terus-menerus itu menimbulkan asimilasi kebudayaan, yaitu lahirnya kebudayaan Hindu yang merupakan percampuran kebudayaan Dravida dan Arya. Pada perkembangannya, agama Hindu mengalami beberapa kali perubahan yaitu sebagai berikut.
1) Fase Weda
Pada masa ini masyarakat Hindu mendasarkan hidupnya agar sesuai dengan ajaran Weda. Kitab Weda terdiri 4 kitab yaitu: Regweda, Samaweda, Yajurweda, dan Atharwaweda. Regweda merupakan kitab yang berisi syair puji-pujian pada dewa. Samaweda berisi nyanyian-nyayian untuk upacara-upacara keagamaan. Yajurweda berisi doa-doa puisi dan prosa. Adapun Atharwaweda berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit, ilmu sihir, dan doa-doa untuk peperangan. Kitab-kitab tersebut merupakan pegangan bagi masyarakat Hindu. Namun, pada umumnya mereka hanya mempelajari tiga kitab saja, karena mereka menilai Atharwaweda memiliki kecenderungan kepada ilmu sihir. Tidak semua kalangan Hindu menolak Atharwaweda. Ada sebagian kalangan, terutama para Brahmana, yang mempelajarinya dengan tujuan untuk menangkal ilmu sihir. Pada fase Weda umat Hindu menyembah banyak dewa (politheisme), salah satu dewa terbesar adalah Dewa Indra, Ganesa.
2) Fase brahmana
Pada fase ini kaum Brahmana menjadi kelas tersendiri dalam masyarakat Hindu yang memiliki keistimewaan yaitu kedudukan yang tinggi. Memang, dalam sistem kasta, kaum Brahmana mendapat posisi tertinggi, yang disusul oleh kaum Ksatria yang terdiri atas raja dan para bangsawan serta prajurit. Kasta ketiga yaitu Waisya yang terdiri atas para pedagang, dan keempat adalah kasta Sudra. Kaum Brahmana mendapat tempat yang tertinggi dalam agama Hindu disebabkan kemampuan mereka dalam menerjemahkan dan memahami kitab Weda. Pada fase ini banyak sekali diadakan upacara-upacara yang wajib dihadiri dan dipimpin oleh kaum Brahmana. Dengan demikian, kedudukan Brahmana menjadi teramat penting.
3) Fase uphanisad
Pada fase ini terjadi pemberontakan terhadap kaum Brahmana, baik yang dilakukan oleh Ksatria (melahirkan agama Buddha dan Jaina) maupun yang dilakukan oleh masyarakat kebanyakan. Pada masa ini berkembang paham atheisme, masyarakat berbondong-bondong meninggalkan agama Hindu.
4) Fase Hindu Baru
Kaum Brahmana kembali berusaha memperbaiki ajaran Hindu yang mulai ditinggalkan pengikutnya, maka lahirlah Agama Hindu Baru. Pada masa ini muncul tiga dewa besar (Trimurti) yaitu Siwa (dewa perusak), Wisnu (dewa pemelihara), dan Brahma (dewa pencipta). Ajaran Hindu berkeyakinan tentang adanya reinkarnasi, yaitu suatu pemahaman bahwa hidup ini akan terus berulang jika manusia tidak dapat melepaskan diri dari nafsu. Untuk lepas dari lingkaran Samsara tersebut, maka penganut Hindu harus menyesuaikan hidupnya sesuai Weda dengan melaksanakan dharma sesuai tuntunan kaum Brahmana. Pada masa itu bangsa Arya mendirikan Kerajaan Gupta. Kerajaan ini diperintah oleh raja antara lain: Chandragupta, Samudra Gupta, dan Candragupta
b. Perkembangan agama Buddha
Tokoh pendiri agama Buddha adalah Gautama Sakyamuni. Nama ini mengandung arti orang bijak dari Sakya, ia diperkirakan lahir pada 563 SM. Ia adalah putra seorang kepala daerah yang bernama Suddhodana di Kapilavastu, perbatasan Nepal. Ketika umurnya sudah mencukupi, Gautama menikah dengan kemenakannya yang bernamaYasodhara. Selang beberapa waktu, Yasodhara melahirkan seorang anak yang bernama Rahula. Pada umur 29 tahun, Gautama memutuskan untuk meninggalkan keduniawian, meninggalkan istana dan mengembara dengan jubah kuning. Sampai pada suatu waktu, ketika Gautama sedang duduk di bawah sebatang pohon pipala diBodhi Gaya, ia menerima penerangan atau Bodhi. Di tempat itu kemudian dibangun candi yang bernama Mahabodhi.
Pengaruh Peradaban Lembah Sungai Indus pada Masyarakat Indonesia
Beberapa pengaruh peradaban Lembah Sungai Indus terhadap kebudayaan dan seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia antara lain sebagai berikut.
  1. Pembakaran dupa dan kemenyan ketika akan melakukan upacara.
  2. Keyakinan tentang zimat atau benda yang mempunyai kesaktian tertentu.
  3. Keyakinan pada batara kala, upacara ruatan.
  4. Pengagungan pada cerita Ramayana dan Mahabharata dalam cerita wayang
  5. Upacara wedalan (hari lahir), sekaten, penanggalan Hindu, hari pasaran, perhitungan wuku, dan upacara-upacara setelah kematian seseorang.
  6. Banyaknya kata-kata dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta dan Pali.
  7. Olahraga pernapasan, yaitu yoga.
  8. Islam yang berkembang di Indonesia berasal dan dipengaruhi budaya India. Hal itu dibuktikan dengan melihat hal-hal berikut:
1) batu kubur atau nisan Sultan Malik As Saleh terbuat dari batu marmer yang memiliki corak yang sama dengan yang ada di India pada abad ke-13, relief yang terdapat dalam makam Sultan Malik As Saleh memiliki corak yang sama dengan yang ada di kuil Cambay India, serta 3) adanya unsur-unsur Islam yang menunjukkan persamaan dengan India, salah satunya cerita atau hikayat tentang nabi dan pengikutnya sangat jauh dari cerita-cerita Arab, tetapi malah lebih mirip dengan cerita dari India.

Hasil Kebudayaan Pada Masa Megalithikum

Kebudayaan Megalitikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolitikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh masyarakat tentu memiliki fungsi.
Contoh hasil kebudayaan pada masa Megalithikum :

    1. Menhir
        Menhir adalah batu tunggal (monolith) yang berasal dari periode Neolitikum (6000/4000 SM-2000 SM) yang berdiri tegak di atas tanah. Istilah menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men (batu) dan hir (panjang). Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas tanah. Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan oleh manusia prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk bumi. Menhir adalah batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan batuan dari periode Neolitikum yang umum ditemukan di Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia. Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya. Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith berarti batu. Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk tujuan religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah nenek moyang.

   2. Dolmen
       Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek moyang. Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Dolmen yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di Telagamukmin, Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang 325 cm, lebar 145 cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian tidak menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan. Benda-benda yang ditemukan di antaranya adalah manik-manik dan gerabah.

   3. Sarkofagus
      Sarkofagus atau keranda yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup . Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.Fungsinya sebagai tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya. Menurut Von Heine Geldern, kubur batu termasuk kebudayaan megalitikum gelombang kedua atau disebut juga Megalit Muda yang menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1.000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalit gelombang ini adalah peti kubur batu, dolmen, waruga sarkofagus, dan arca-arca dinamis.Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan atau papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu.

  4. Kubur Batu / Peti Mati
  5. Punden Berundak
      Punden berundak merupakan contoh struktur tertua buatan manusia yang tersisa di Indonesia, beberapa dari struktur tersebut beranggal lebih dari 2000 tahun yang lalu. Punden berundak bukan merupakan “bangunan” tetapi merupakan pengubahan bentang-lahan atau undak-undakan yang memotong lereng bukit, seperti tangga raksasa. Bahan utamanya tanah, bahan pembantunya batu;menghadap ke anak tangga tegak, lorong melapisi jalan setapak, tangga, dan monolit tegak.Fungsi dari punden berundak itu sendiri adalah sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.

  6. Arca Batu
      Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

  7. Waruga
      Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian tengahnya ada ruang.

Pembabakan Zaman Prasejarah berdasarkan Arkeologi

Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda artefak. Dari hasil penelitian para ahli arkeologi, maka tabir kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia dapat diketahui. Berdasarkan penggalian arkeologi maka prasejarah dapat dibagi menjadi 2 zaman yaitu Zaman Batu dan Zaman Logam .

  • Zaman Batu

Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan manusia umumnya/dominan terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan tulang. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut, melalui Metode Tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 3 periode/masa, yaitu
         1.Batu Tua/Palaeolithikum
   Merupakan suatu masa di mana alat-alat hidup terbuat dari batu kasar dan belum                                    diasah/diupam, sehingga bentuknya masih sederhana.
Contohnya: kapak genggam.


         2. Batu Tengah Madya/Mesolithikum
Merupakan masa peralihan di mana cara pembuatan alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari zaman batu tua. Contohnya: Kapak Sumatera.

         3. Batu Muda/Neolithikum
Merupakan suatu masa di mana alat-alat kehidupan manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari zaman sebelumnya.
Contohnya: kapak persegi dan kapak lonjong.

  • Zaman Logam

Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut juga dengan zaman perundagian.
Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan di Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 fase/bagian, yaitu zaman tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Sedangkan di Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Dan hasil temuan yang lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut juga dengan zaman perunggu.

Demikianlah uraian materi pembabakan prasejarah berdasarkan arkeologinya. Untuk memudahkan Anda memahami uraian materi di atas, maka simaklah bagan 2 berikut ini.
Selanjutnya apakah Anda pernah mendengar atau membaca istilah Megalithikum? Megalithikum merupakan suatu istilah kebudayaan batu besar (Mega = besar; Lithos = batu).
Kebudayaan Megalithikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.
Salah satu contoh budaya Megalithikum :
























Halo Semua !

Halo Semua !
Blog ini masih dalam permulaan , mohon maaf kalau tidak sebagus yang kalian inginkan .
Kunjungi blog saya ini terus !